BWEE HOA
23
Dengen masih sadja sesegoekan Bwee Hoa berkata dengen poetoes-poetoes.
„Saja moesti menikah, mevrouw, moesti menikah!” kata itoe gadis.
„Tapi semoea orang toch moesti menikah, Bwee.”
„Tapi, mevrouw saja maoe didjadiken goendiknja orang!”
Njonja Jansen poenja hati seperti tertoesoek. Bwee, itoe anak jang ia kenal dari ketjil dan jang ia blakangan tjintaken seperti anak sendiri, moesti djadi goendiknja orang. Oh, bagimanatah pikirannja Hong Nio?
„Tjoba toetoerken satoe persatoe, Bwee,” kata njonja Jansen sambil peloek lebih keras itoe gadis,” barangkali saja bisa berboeat apa-apa boeat kaoe.”
„Saja dibrentiken sekolah lantaran saja dilamar oleh kapitan Be Goat Soe dan ini kapitan ssbetoelnja soedah mempoenjai istri, mevrouw! Iboe saja soedah trima itoe lamaran.”
„Tapi kaoe poenja ajah, Bwee, jang dapet pladjaran Barat, apa katanja?”
„Mevrouw, papa terlaloe tjinta pada mama dan selaloe toeroetin mama poenja maoe, dari pada saja tida bisa harepin perlindoengan, tjoema dari kaoe, mevrouw!”