Halaman:Bwee Hoa.pdf/33

Halaman ini tervalidasi

BWEE HOA

29

itoe pemoeda melaenken dari pindjem dan memindjem boekoe, laen tida. Satoe sobat jang seliwatan, tapi toch, tapi toch? Di satoe podjok Tek Bie berdoedoek dengen toendoekin moekanja jang poetjet, ia keliatan sama sekali tida bergoembira. Apatah jang Tek Bie rasaken itoe waktoe?

Apatah ini jang dinamaken tjinta? Tapi ini perkata'an ia tida pernah oetjapken, poen Tek Bie tida. Berdjam-djam Bwee Hoa doedoek menjoeblek seperti ia soedah diprentah. Ia rasaken itoe seprangkat toesoek konde berat sekali, djoega itoe pakean jang grombongan, ia tida boleh berkoetik, ia moesti diam, moesti keliatan alim. Tapi iapoenja hati mendjerit, mendjerit pada njonja Jansen, pada Tek Bie dan pada iapoenja ajah. Oh, satoe ajah jang baek, tapi terlaloe lemah boeat brani bantras keinginan iboenja!

Ia inget, bagimana njonja Jansen begitoe baek padanja, sebagi iboenja, oh, malah lebih dari iboenja sendiri. Tida, tida, ia tida boleh berpiki­ran begitoe terhadep pada iboenja sendiri. Poen iapoenja iboe tjinta padanja menoeroet iapoenja tjara, tjoema itoe iboe tida maoe mengerti, bahoea di dalem badannja iapoenja gadis poen ada satoe hati, satoe hati jang bisa merasa perih dan getir.