Halaman:Bwee Hoa.pdf/58

Halaman ini tervalidasi

54

TJERITA ROMAN

Satoe malem jang gelap.

Angin menioep keras, sedeng oedjan toeroen seperti ditoeang-toeang. Sebentar-bentar kilat berklebetan. Di sekiternja tjoema soeara oedjan dan angin kedengeran, tempo-tempo djoega soea­ra gloedoek.

Bwee Hoa berdoedoek sendirian di dalem kamarnja dengen membatja boekoe. Ia begitoe ketarik dengen djalannja tjerita di dalem itoe boe­koe, hingga ia tida denger grendel pintoe dipoeter dan pintoe terboeka, Koetika angin menioep ka dalem, Bwee Hoa menengok ka pintoe. Di sana ada satoe orang jang kroedoengin dirinja de­ngen mantel item. Bwee Hoa ampir bertreak lan­taran kaget, tapi itoe orang boeka mantelnja dan topi koeploek jang ia pake jang soedah mendjadi basah lantaran aer oedjan.

„Engko Tek Bie!”

Sebentar itoe orang jang boekan laen orang adanja dari pada Tek Bie berdiri seperti patoeng di itoe pintoe jang terboeka, kemoedian ia toetoepin lagi dengen plahan dan poeter koentjinja.

Bwee Hoa merasa séperti djoega ia mengimpi. Apa itoe betoel ada Tek Bie jang berdiri di sana? Apa ia tjoema mengimpi sadja?

Tapi dalem sekedjab itoe orang menghampiri dan ia berada dalem peloekannja Tek Bie. Ia ra-