Halaman:Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya.pdf/58

Halaman ini tervalidasi

10. TERJADINYA BULAN


Di jaman dahulu orang Yahudian (suku Mbahar, Rumakoi, Maraha) terkenal sebagai penokok sagu yang merupakan mata pencaharian mereka, disamping berburu, membuat kebun apatar dan meramu. Pada suatu hari ada suatu keluarga yang terdiri dari suami isteri dan dua orang anak laki-laki membuat kebun apatar (kebun ulat sagu). Beberapa minggu berselang mereka sekeluarga pergi mengumpul apatar (ulat sagu) dan apatar itu harus diasar.

Untuk keperluan mengasar apatar itu sang suami masuk hutan untuk mencari kayu bakar. Dan kayu yang baik untuk api adalah kayu dari pohon gomila (bah. Yahadian-Yahadian). Sewaktu sisuami membela kayu gomila itu tiba-tiba -- menemukan sebuah benda yang bentuknya bulat (seperti bola) yang memancarkancahaya terletak dalam lobang pohon gomila/Popoho.

Sang suami atau sang ayah dengan penuh kegirangan membawa pulang benda bulat yang bercahaya itu (Kuro). Sampai malam hari, keluarga tadi lalu berusaha menutupi setiap lobang dan cela pada dinding agar benda itu jangan ketahuan oleh penduduk kampung. Huro (benda bulat bercahaya) itu disimpan didalam sebuah tas yang dianyam dari daun pendan (tatumbu).

Akhirnya beberapa hari kemudian kehadiran benda aneh tersebut diketahui juga oleh penduduk kampung. Lalu penduduk kampung datang memohon agar benda terang itu sudi ditempatkan ditengah kampung untuk menerangi seluruh kampung , sedangkan pada siang hari huro disimpan dalam tatumbu.

Pada suatu hari sang ayah dan ibu (suami isteri) pergi ke dusun untuk mengumpulkan apatar sedang kedua anak mereka tinggal di rumah. Kedua anak Laki-laki itu lalu saling mengajak untuk mengeluarkan huro dari tatumbu, mereka lalu bermain dengan huro. Tiba-tiba huro mulai terangkat dan terus naik keatas, seluruh penduduk kampung yang ketika melihat kejadian itu berteriak-teriak dan berusaha untuk mengambil kembali huro.

Tetapi makin lama huro meninggi sehingga melewati tingginya pohon-pohon kelapa. Kedua suami isteri yang tiba kembali dari dusun ikut mengambil bagian dalam usaha mengembalikan huro,

tetapi semua usaha tidak berhasil menurunkan huro yang kian meninggi. Sang ayah penemu huro menyuruh orang menebang pohon bambu yang disambung tinggi keatas agar mereka dapat memanjat keatas dan menarik kembali huro, malah ada yang me-

42