Halaman:Cerita Rakyat Daerah Irian Jaya.pdf/78

Halaman ini tervalidasi

17. SINAKO HOLOLIK-HOLOLIK

(POHON SIN YANG DI BOOR YANG SAKTI)


Ceritera ini mengisahkan tentang sebatang pohon Sin yang di boor dan sakti menurut kepercayaan masyarakat di lembah Baliem Kabupaten Dati II Jayawijaya. Pada zaman dahulu kala penduduk di Lembah Baliem ini mempunyai kepercayaan bahwa bumi dan langit ini sebelumnya adalah bersatu bukan terpisah seperti yang sekarang ini.

Berkat kesaktian dari pohon Sin ini maka langit dapat ditonggak pohon itu sehingga terpisahlah bumi dan langit seperti yang sekarang ini. Dan pada waktu itu lahirlah sepasang suami istri yang dikenal dengan nama Pupa dan Nalinale. Dengan hadirnya kedua insan ini maka berkembanglah penduduk lembah Baliem dari tahun ketahun.

Pada suatu ketika ada seorang anak yang ingin mencoba membunuh kawan sesamanya dengan jalan menipu anak-anak itu dengan, mereka ke hutan untuk mencari kayu. Sepanjang perjalan, mereka sambil ber-main-main dengan melontarkan atau menombak dengan sejenis tumbuh-tumbuhan yang biasa dibuat untuk gagang anak panah oleh penduduk setempat yakni lokop (sebangsa bulu lahus).

Setelah ber-hari hari mereka diperjalanan, maka tibalah mereka pada suatu kampung dimana kampung itu hanya dihuni oleh sepasang suami istri yang bernama Pupa dan Nalinale, beserta pasukan-pasukannya pengawal keamanan kampungnya. Dalam kompleks perkampungan ini dibangun rumah-rumah penduduk setempat yang biasa disebut dengan nama Honayi lengkap dengan kandang babinya.

Begitu mereka masuk dalam kompleks perkampungan ini, pimpinan rombongan segera memerintahkan kepada anak buahhya bersembunyi dalam kandang babi. Begitu anggota rombongan sudah masuk dalam kandang babi. Pimpinan rombongan ini tidak ikut masuk bersama-sama, tapi ia pura-pura pergi membuang kotoran diluar. Akan tetapi maksud sebenarnya bukanlah pergi membuang kotoran, melainkan pergi melaporkan kepada Pupa dan Nalinale, bahwa ia membawa rombongan anak-anak dan rombongan ini supaya dibunuh, dengan maksud agar dia bersama Pupa dan Nalinale dapat berpesta dengan sepuas-puasnya dikam--

62