Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/10

Halaman ini tervalidasi

BAB I
PENDAHULUAN

... Lalu bicara tentang masa depan bangsa
Memadukan harapan dan mimpi sedeibana
Dengan jiwa merantau Minanglcahan,
Keberanian Bugis, kelugasan Batak,
Kearifan Jawa, keluwesan Bali,
Ketegaran Aceh, dan keanggunan Manado

(Budianta, "Nyanyian Seorang Urban")

Sajak Eka Budianta, "Nyanyian Seorang Urban" yang mengawali tulisan ini menunjukkan betapa kayanya Nusantara kita. Kekayaan itu tidak hanya terdapat pada alam, tetapi juga berupa kekayaan budaya, seperti yang dengan jelas dinyatakan dalam sajak Eka Budianta.

Budaya Indonesia yang kompleks dan majemuk itu mengakibatkan pengenalan terhadap manusia Indonesia tidak akan pernah lengkap dan selesai karena manusia Indonesia itu sendiri selalu berubah dan berkembang. Namun, itu tidak berarti manusia Indonesia tidak dapat dikenali. Ada beberapa sarana yang dapat digunakan untuk mengenal manusia Indonesia, di antaranya sastra; dalam buku ini diangkat salah satu genre sastra, yaitu puisi, sebagai sarana pengenal manusia Indonesia.

Sebagai suatu produk budaya, puisi tentu tidak dapat melepaskan diri dari persoalan-persoalan kemanusiaan yang terdapat dalam suatu masyarakat. Setiap karya sastra selalu menghadirkan kehidupan manusia karena pada dasarnya tiap karya sastra itu berisi obsesi sastrawan tentang kehidupan dan dalam kehidupan selalu hadir manusia. Dengan demikian, puisi dapat dipandang sebagai salah satu sarana pengenalan manusia Indonesia. Sementara itu, di sisi lain sastra dapat pula dipandang sebagai cermin kehidupan,sebagai tanggapan terhadap kehidupan, dan pula sebagai penilaian terhadap kehidupan. Oleh karena itu, puisi merefleksikan kehidupan, dan berarti pula menampilkan citra manusia tertentu.

Sesungguhnya berbagai upaya telah dilakukan orang dalam rangka mengenali manusia Indonesia. Misalnya saja, Mochtar Lubis (1977) membicarakan manusia

Pendahuluan

1