Perpisahan atau perceraian biasanya menyebabkan seseorang bersedih, merasa sunyi, dan hampa. Dalam sajak Djamil Suherman "Sunyi" si aku lirik patah hati karena menyadari cintanya telah pergi dan tak akan kembali. Si aku lirik menyendiri dalam kemuramannya.
SUNYI
Yang sunyi bersendiri
yang pergi tak kembali
tapi sunyi dan pergi lahir atas cinta
yang kisahnya terkubur hari ini
mereka lupa mulanya
ada kegelapan sesudah purnama
- (Nafiri, 1983)
Patah hati, di samping menyebabkan seseorang menderita juga mungkin mengakibatkan seseorang mendendam seperti yang terungkap dalam sajak W.S. Rendra "Ballada Kasan dan Patima": Patima yang ditinggalkan begitu saja oleh lelaki hidung belang, Kasan, akhirnya mengutuk Kasan. Kasan termakan kutukannya, tersesat di pegunungan kapur dan terjerumus ke dalam Jurang. Berikut ini penggalan sajak "Ballada Kasan dan Patima".
....
Bau kemenyan dan kemboja guncang
bangkit Patima mencekau tangan reranting tua
menjilat muka langit api pada mata
dilepas satu kutuk atas kepala Kasan! Ya, Kasan!
- Dan Kasan berkendara pedati empat kuda
terenggut dari arah dalam buta mata
terlempar ke gunung Selatan tanah padas
meraung anak bini, meringkik kuda-kuda
dan semua juga kuda dikelami buta mata.
Datang kutuknya! Datang kutuknya!
Pada malam-malam bergemuruh di tanah kapur selatan
deru bergulung di punggung gunung-gunung