Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/119

Halaman ini tervalidasi

BAB VI

MANUSIA DAN DIRI SENDIRI

6.1 Pengantar

Ada saatnya manusia berhadapan dengan diri sendiri. Dalam berhadapan dengan diri sendiri itu, ia mungkin menjumpai masalah-masalah baik yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Semua masalah yang dihadapinya itu menjadi bahan kontemplasi, perenungan bagi dirinya, yang barangkali akan melahirkan suatu pengendapan, dan mungkin pula suatu konflik batin. Untuk jelasnya, berikut ini dikemukakan sajak-sajak Indonesia tahun 1920—1960 yang mengungkapkan masalah hubungan manusia dan diri sendiri.

6.2 Citra Manusia yang Menemukan Diri

Dalam suatu pengendapan, ketika manusia berhadapan dengan diri sendiri, akan lahir suatu pandangan hidup, kebijakan, aforisme, dan seterusnya. Seorang manusia akan menemukan dirinya di tengah-tengah kehidupan ini begitu ia mencapai suatu pengendapan dalam hidupnya, seperti terungkap dalam sajak Samadi, "Hanya 'Nak Tahu Bahwa Tak Tabu":

Selangkah mau ke padang ilmu
Seribu kali bertambah dungu,
Habislah rambut mencari ilmu,
Hanya 'nak tabu, bahwa tak tahu.

   (Senandung Hidup, 1941)

Dari larik-larik Samadi di atas tersingkap pada kita sosok manusia yang menyadari kekerdilannya bahwa manusia di dunia ini bukanlah apa-apa: manusia

110

Citra Manusia dalam Puisi Modem Indonesia 1920-1960