Duduk sebentar di atas tunggul pohon mati,
Memandang ke bawah ke lembah yang telah kulalui.
....
- (Senandung Hidup, 1941)
Jika dalam sajak Samadi, "Kepada Ibuku", kita temukan citra seorang manusia yang di tengah-tengah perjalanan hidupnya tersadar bahwa pencapaian hidupnya belum apa-apa, dalam sajak A.M.Dg. Mijala, "Termenung", kita saksikan sosok manusia yang pada usia tuanya baru menyadari bahwa selama ini ia hanya tahu menerima/Tiada tahu memberi ...'. Keinginan-keinginan si aku lirik tetap saja berbenti pada keinginan tanpa pernah mewujud, dan tiba-tiba saja ia tersadar telah berada di ujung usia, seperti terbaca dalam larik-larik ini.
....
Aku ingin seperti bintang
Yang hanya tampak di waktu malam
Di masa alam gelap yang kelam
Aku ingin seperti bintang
Jadi pedoman para pencari
Dulu sekarang akan dan nanti.
Tapi aku orang biasa
Merena sahaja tiada berguna...
Teruslah kau bintang teruslah gilang
Intan riwarna warni gemilang!
....
Aku ingin seperti pohon
Berdaun rimbun tempat bernaung
Berbuah seperti pemupus lara.
Aku ingin seperti pohon
Tempat berlindung! tempat berlindung!
Para musafir kelana kembara.
....
Tapi aku orang biasa
Merana sahaja tiada berguna ...
Manusia dan Diri Sendiri
113