Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/124

Halaman ini tervalidasi

....
Jikalau aku menjadi air,
Akan mengalir daku, mengalir,
Biarkan segala yang mandi panas,
Mandi sejuk hawa sekarang,
Biarkan segala yang mabuk,
Mandi sinar terang sekarang ...

Jikalau aku menjadi api,
Aku membakar daku, membakar,
Biarkan segala yang mengikat,
Melepas tangan kaki sekarang,
Biarkan segala yang mesum,
Berganti harum dupa sekarang ...

Dan jikalau aku menjadi tanah,
Memandang tamasya yang bukan-bukan,
melihat peristiwa yang menyedihkan,
Akan kupeluk bumi sekarang,
Biarkan segala yang merasai,
Tidak tahu merasai lagi ...

(Pujangga Baru, II/5, November 1934)

Manusia yang menjadi pembebas bagi sesamanya—itulah citra yang kita peroleh dari larik-larik sajak A.M.Dg. Mijala, "Rindu". Barangkali, memang selayaknya manusia menjadi pembebas dan pembaharu untuk lingkungan sekitarnya karena manusia dibekali jiwa dan raga, seperti terungkap dalam sajak Intoyo, "Rasa Baru".

Zaman beredar!
 Alam bertukar!
Suasana terisi nyanyian hidup.
 Kita manusia
 Terkarunia
Badan, Jiwa, bekal serba cukup.
 Marilah bersama
 Berdaya upaya
Mencerlangkan apa yang redup.
 Memperbaharu
 Segala laku,
mengembangkan semua kuncup.

Manusia dan Diri Sendiri115