Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/13

Halaman ini tervalidasi

Timur. Sebaliknya, Alisjahbana beranggapan bahwa bangsa Indonesia yang modern dan gemilang akan tercapai apabila kebudayaan Indonesia berkiblat ke Barat.

Betapa mendalam dan intensnya upaya pencarian identitas kultural dalam perjalanan, sejarah bangsa Indonesia dapat dilihat dalam karya-karya sastra Indonesia modern pada awal pertumbuhannya. Mohammad Yamin melalui salah satu sajaknya, "Tanah Air", mengumandangkan pandangannya tentang tanah air yang dicita-citakan—seperti telah disebut di muka. Sutan Takdir Alisjahbana lewat sajaknya "Menuju ke Laut" mencetuskan gagasannya yang mengajak masyarakat memasuki alam modern. Hingga kini pun pencarian identitas nasional dalam ebudayaan masih menjadi obsesi para sastrawan, seperti antara lain tampak dalam sajak Eka Budianta yang dikutip di awal tulisan ini. Dengan demikian, kebudayaan nasional yang diharapkan agaknya adalah perpaduan puncak-puncak budaya daerah, seperti diamanatkan UUD 1945 dalam pasal tentang kebudayaan nasional, yang kemudian disuarakan kembali oleh penyair Eka Budianta pada tahun 1980-an.

Karena kebudayaan nasional Indonesia itu sendiri masih dalam proses panjang pencarian identitas dirinya, citra manusia yang hadir dalam puisi Indonesia modern diperkirakan juga akan diwarnai oleh proses itu. Artinya, citra manusia ndonesia yang ditemukan dalam puisi senantiasa akan bergeser dan berubah dari masa ke masa. Misalnya, citra manusia religius yang terdapat dalam puisi Indonesia 1920-an tentu tidak akan sama persis dengan citra manusia religius yang terdapat dalam puisi Indonesia tahun 1950-an atau 1960-an. Citra manusia yang hadir dalam puisi sedikit banyak akan ditentukan oleh pandangan hidup dan situasi zaman (termasuk situasi sosial budaya) yang dihadapi penyair. Dengan demikian, pergeseran zaman dan nilai-nilai yang terjadi dalam masyarakat akan membias dalam karya sastranya, termasuk ke dalam puisinya. Oleh karena itu, citra manusia yang terdapat dalam periode sastra tertentu (hampir dapat dipastikan) berlainan dengan citra manusia yang terdapat dalam periode sastra berikutnya.

Gambaran citra manusia yang bervariasi yang terdapat dalam puisi Indonesia dari periode 1920 hingga 1960 secara tidak langsung akan memberikan bayangan betapa kompleksnya dan penuh dinamikanya masyarakat Indonesia sebagaimana tercermin di dalam puisi itu. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang citra manusia Indonesia itu, dalam penulisan buku ini digunakan pendekatan tematik. Artinya, sajak-sajak yang akan dibicarakan dalam buku ini adalah sajak-sajak yang memberikan gambaran seperti apa sesungguhnya citra manusia Indonesia itu karena buku ini ditulis dengan tujuan dan harapan seperti itu. Untuk mempermudah memperoleh gambaran citra manusia itu akan dibahas

4

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960