Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/132

Halaman ini tervalidasi

ternyata belum menemukan hakikat kehidupan sehingga si aku lirik tercampak dalam dunianya yang gelisah. Dalam kegelisahannya itu, ia mencoba lari kepada Tuhannya karena Tuhan adalah sumber kehidupan.

Bayangan kegelisahan diri manusia terbaca juga dalam sajak J.E. Tatengkeng yang lain, "Mengapa Lagi". Dalam sajak ini terungkap sosok manusia yang dalam dirinya terdapat dua dunia yang berhadapan dan berbenturan. Satu dunia berisi harapan-harapan, sedang dunia yang lain mendendam kekecewaan, keputusasaan, dan kesunyian, seperti terungkap dalam larik-larik ini.

 Mengapa lagi
 Setiap pagi,
Aku bangun dengan pengharapan,
Sedang di hati hilang ketetapan?

 Mengapa lagi
 Setiap pagi,
Aku berharap datangnya suka
Sedang di hati mendendam duka?

 Mengapa lagi
 Setiap pagi,
Kutunjuk muka yang riang manis,
Sedang di hati mengalir tangis?

 Mengapa lagi
 Setiap pagi,
Kusempat gelak, kudapat nyanyi,
Sedang di hati lengang dan sunyi?

   (Rindu Dendam, 1934)

Sosok manusia yang serupa terdapat juga dalam sajak Selasih, "Siapa Menyangka?":

Sedang bergurau gelak tertawa,
 Pikiran kusut sukma menangis?
Sedang berkata muka bercaya
 Hati dan jantung bagai diiris.

Sedang bersuka bercengkerama
 Pikiran bimbang hati terharu

Manusia dan Diri Sendiri

123