Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/133

Halaman ini tervalidasi

Sedang berdandan tanda bahagia
 Dada berdebar hati pun pilu??

   (Suryadi A.G., 1987a: 101)

Larik-larik sajak Selasih itu mengungkapkan pada kita citra manusia yang terpaksa harus bersandiwara, bermuka manis, padahal perasaan remuk: ada ketidakberdayaan diri.

Ketakberdayaan diri itu tampak juga dalam sajak Selasih yang lain, "Lapar". Dalam sajak ini, si aku lirik yang dalam keadaan lapar terjebak dalam ilusi-ilusinya. Padahal, ilusi-ilusi itu sesungguhnya cerminan ketakberdayaan dirinya, seperti terbaca dalam larik-larik ini.

Letih badan, menangis sukma,
Lemah lunglai sendi anggota,
Haus lapar tidak tertahan,
Rasakan hilang nyawa di badan.

Telinga pekak, pandangan kabur,
Kepala pusing, darah berdebur,
Jasmani berhajat pengisi dada,
Rohani berkehendak makanan nyawa.

Jauh di sana, di pihak daksina,
Di seberang lautan di tanah dewa,
Hidangan terhampar di talam kaca,
Lezat rasa, harum baunya.

Di atas udara di tempat tinggi,
Kelihatan wajah seorang bidadari,
Tangannya memegang sebuah kendi,
Berisi air yang putih bersih.

Hidangan di dalam memikat mata.
Air di kendi menarik hati,
Kuulurkan tangan hendak kuraba,
Kulangkahkan kaki 'kan kuturuti.

Tapi,O Allah badanku lemah,
Kekuatan tak cukup menyampaikan niat,
Padangku sempit, kaki terikat,
Hendak dikerasi takut ’kan patah.

124

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960