Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/139

Halaman ini tervalidasi

Tak perlu sedu-sedan itu

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi.

(Deru Campur Debu, 1959)

Dalam sajak Chairil itu tampak pernyataan pribadi berupa penonjolan tanggungjawab pribadi: hidup mati itu merupakan tanggungjawab pribadi dan orang lain tidak perlu turut campur, 'Kalau sampai waktuku/'Ku mau tak seorang 'kan merayu/Tidak juga kau //Tak perlu sedu sedan itu'. Diungkapkan juga bahwa sebagai individu si aku adalah pribadi yang bebas, yang tidak terikat kepada orang lain, 'Aku ini binatang jalang/ Dari kumpulannya terbuang'. Si aku lirik juga tidak peduli pada segala halangan yang menghadang, 'Biar peluru menembus kulitku/Aku tetap meradang menerjang //....//Aku mau hidup seribu tahun lagi'.

Pernyataan pribadi seperti itu dikemukakan juga oleh Mahatmanto dalam sajaknya berikut ini.

INDIVIDU

Aku, aku, saudaraku!
  kata hatiku.
  mengapa aku lagukan selalu?
  aku dan aku saja.....

Tapi, bagaimana takkan kulagukan?
  di mana kan kutinggalkan?
  aku ini kutiadakan?
  di mana aku tiada kubawa?

130

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960