dunia sesungguhnya adalah rezeki pemberian Illahi ('....//Sebab mimpi yang bagus/membawa kenangan luhur/dan pikiran yang sehat,/membawa tindakan jujur.//Semua rizki Illahi/....').
Dalam hidup biasanya manusia berusaha mencapai tujuan tertentu, dan pada umumnya tujuan hidup itu berupa terwujudnya kesempurnaan pribadi. Hal ini diungkapkan oleh Toto Sudarto Bachtiar dalam sajaknya "Sajak Buat Sebuah Nama". Sajak ini mengemukakan bahwa jika seorang terpaku pada penderitaannya saja tanpa disertai daya upaya untuk mengubah nasib, hidup akan berlalu sia-sia. Oleh karena itu, diperlukan tekad keras dari seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya, yang pada akhirnya akan memperoleh kebahagiaan.
SAJAK BUAT SEBUAH NAMA
....
Di hatiku mungkin berakhir cahya tak bertepi
Biar bulan tembaga kan mengawalnya
Dengan muka yang menunjuk pada satu tujuan
Sepi yang mengulur tangan pada suatu nama
Dan harap bisa memberi teduh padaku
Kapan lagi aku bisa terus begini bernyanyi
Dan sampai saat penghabisan
Aku makin merasa tak tahu.
- (Etsa, 1958)
Dalam sajak Toto Sudarto Bachtiar yang lain, "Pusat", tekad itu lebih kuat terbaca. Untuk mengatasi penderitaan, orang harus bersikap dan bekerja keras karena hanya dengan kerja segala tujuan dapat tercapai, seperti terbaca dalam larik-larik berikut ini.
PUSAT
Serasa apa hidup yang terbaring mati
Memandang musim yang mengandung luka
Serasa apa kisah sebuah dunia terhenti
Padaku, tanpa bicara.
Diri mengeias dalam kehidupan
Kehidupan mengeras dalam diri
132
Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960