Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/147

Halaman ini tervalidasi

itu. Namun, sementara itu kehadiran perempuan lain selalu saja membayang sehingga dalam batinnya terjadi konflik yang rumit: antara rasa dosa pada Tuhan, kesetiaan pada istri, dan cinta pada perempuan lain. Terjadi kegelisahan yang mendalam pada diri si aku lirik, tetapi si aku lirik sadar bahwa ia sulit melepaskan diri dari situasi yang menimpanya. Semuanya menyatu dalam dirinya: dosa, kesetiaan, dan pengkhianatan. Dengan demikian, dalam sajak Sitor ini kita dapatkan citra manusia yang gelisah, yang pada satu sisi ingin bertemu dengan Tuhannya, tetapi pada sisi lain menyadari bahwa situasi dirinya menghalangi keinginannya bertemu dengan Tuhan itu.

Dari sejumlah sajak yang dikemukakan yang berkaitan dengan masalah hubungan manusia dengan diri sendiri dapat dilihat adanya dua corak. Corak pertama berupa introspeksi. Dalam corak ini ada beberapa hal yang diungkapkan oleh sajak-sajak itu, antara lain, citra manusia yang menyadari dan menonjolkan keakuannya, manusia yang menyadari keterbatasan hidupnya sebagai manusia, dan manusia yang menyadari etos kerja sebagai pengisian hidup. Sementara itu, sajak-sajak yang mengemukakan masalah yang berkaitan dengan corak kedua, yaitu konflik, banyak mengungkapkan kesepian, kekosongan dan kebuntuan hidup, dan kegelisahan. Jadi, dalam sajak-sajak yang menampilkan konflik batin ditemukan citra manusia yang, antara lain, kesepian dan gelisah.

Dalam sajak Chairil Anwar "Selamat Tinggal" diungkapkan bahwa masalah yang dihadapi seorang manusia itu banyak sekali. Oleh karena itu, memecahkan masalah pribadi itu sesungguhnya harus dilakukan oleh setiap pribadi itu, bukan oleh orang lain karena seorang diri saja manusia itu telah menghadapi demikian banyak masalah dalam kehidupannya:

SELAMAT TINGGAL

Aku berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya?

Kudengar seru menderu
—dalam hatiku?—
Apa hanya angin lalu?

Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta

Ah .....!!

138

Citra Manusia dalam Puisi Modem Indonesia 1920-1960