Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/153

Halaman ini tervalidasi

Selama tidak antara badai
Kalah menang

Ah! Jiwa yang menggapai-gapai
Mengapa kalau beranjak dari sini
Kucoba dalam mati.

Dalam sajak Chairil Anwar yang lain, "Sia-sia", kesepian menimpa si aku lirik karena keangkuhannya tidak mau menerima kekasihnya. Padahal, tanpa cinta dari kekasihnya itu hidupnya menjadi sepi.

 SIA-SIA

Penghabisan kali itu kau datang
membawa karangan kembang
Mawar merah dan melati putih:
darah dan suci
Kau tebarkan depanku
serta pandang yang memastikan: Untukmu

....

Sehari itu kita bersama. Tak hampir-menghampiri

Ah! Hatiku yang tak mau memberi
Mampus kau dikoyak-koyak sepi.

(Deru Campur Debu, 1959)

Dengan demikian, dalam sajak "Sia-Sia" kita temukan citra manusia yang kesepian karena keangkuhannya.

Dalam sajak Sitor Situmorang "Berita Perjalanan" si aku lirik yang mengembara untuk mencari kepenuhan dan makna hidup pada akhirnya hanya menemukan kesepian dan kekosongan dalam pengembaraannya itu.

 BERITA PERJALANAN

Kujelajah bumi dan alis kekasih
Kuketok dinding segala kota
Semua menyisih

144

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960