Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/16

Halaman ini tervalidasi

kekuasaan Tuhan, dan ada pula manusia yang mengingkari kekuasaan Tuhan. Semua itu, secara langsung atau tidak langsung merupakan refleksi pandangan dan sikap manusia Indonesia terhadap Tuhan yang diverbalkan oleh para penyair dalam bentuk puisi. Oleh karena itu, di antara sajak-sajak yang ditulis oleh para penyair religius pun, misalnya Amir Hamzah, Rifai Ali, A. Hasjmy, menampakkan corak dan intensitas pengungkapan masalah yang berbeda-beda.

Amir Hamzah, misalnya, dalam sajak-sajaknya terbaca pergulatan religius: Tuhan dalam sajak-sajak Amir Hamzah tertemukan lewat dialog dan pencarian yang intens; sementara sajak-sajak Rifai Ali lebih menampakkan keinginan syiar penyairnya. Sementara itu, perlu pula dicatat bahwa dalam bab ini diangkat 39 sajak yang berasal dari puisi Indonesia 1920—1960, yang mengemukakan masalah hubungan manusia dengan Tuhan. (lihat lampiran)

2.2 Citra Manusia yang Berserah Diri Kepada Tuhan

Seperti telah dikemukakan di atas, bermacam-macam upaya dilakukan manusia dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Salah satu upaya itu adalah melaksanakan dan mengamalkan semua yang difirmankan Tuhan tanpa penggugatan dan pertanyaan sedikit pun. Semua firman Tuhan itu dipandang sebagai perintah yang wajib dijalani dengan keyakinan keimanan. Dengan demikian, manusia akan berserah diri dalam menghadapi berbagai cobaan hidup di dunia ini karena cobaan atau kemalangan yang terjadi di dunia dianggap sebagai takdir Tuhan.

Manusia yang berserah diri kepada Tuhan pada umumnya menjadikan semua yang tersurat dalam kitab suci sebagai acuan hidup. Nabi juga dijadikan sebagai suri teladan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Dari 39 sajak yang mengungkapkan masalah hubungan manusia dengan Tuhan terdapat 23 sajak yang menampilkan citra manusia yang berserah diri kepada Tuhan.

Dapat dikatakan bahwa kecenderungan menampilkan citra manusia religius yang demikian itu pada umumnya berasal dari para penyair yang memiliki latar keagamaan yang kuat, seperti Hamka dan Rifai Ali. Puisi di tangan penyair dengan latar belakang seperti itu lalu menjadi semacam ajang syiar keagamaan sehingga suatu hal yang biasa apabila dalam puisi jenis ini terungkap puji-pujian terhadap kebesaran Tuhan ataupun pengagungan nama Tuhan. "Akhirat dalam Dunia" karya Rifai Ali adalah salah satu sajak yang menghadirkan citra manusia yang berserah diri kepada Tuhan dengan jalan meneladan Nabi Muhammad:

Manusia dan Tuhan

7