Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/23

Halaman ini tervalidasi

Tetapi di antara mereka, ada pula yang dermawan
Dalam biji matanya, terbayang cahaya cinta kasih,
Kasih akan saya—dan cinta akan bangsanya,
Dan kepada makhluk berkelilingnya...
Melihat halku selaku pendiam,
Lagi pemalu dan penakut
Termenunglah ia rindukan Tuhan!

(Puspa Aneka, 1931)

Dari larik-larik sajak di atas, dapat diketahui citra manusia yang beriman, tabah dan tawakal dalam menghadapi cobaan hidup. Manusia yang beriman, yang diharapkan selalu ingat kepada Tuhan dalam tiap langkahnya, juga disuarakan dalam sajak "Di Padang Rumput", Yogi, sebuah alegori berisi nasihat:

Suh, suh, jangan ke situ,
Nanti dikait, onak dan duri;
Makanlah nugrah Tuhan yang Satu,
Besar manfaatnya kepada "diri".

...

Wahai sahabat yang kucintai,
Simpanlah nasihat dari pelindungmu;
Ingatlah kodrat Tuhan Ilahi,
Agar sentosa selama hidupmu!

(Puspa Aneka, 1931)

Senantiasa ingat dan berpaling kepada kerahmanan Tuhan yang Mahakuasa juga disuarakan penyair Hamka dalam sajaknya "Permohonan":

Lihat dan perhatikanlah matahari telah terbit,
Fajar telah membayang dari sebelah Timur,
Dari puncak menara yang jauh kedengaran suara,
Azan Subuh,

Ia menyerumu kepada perdamaian,
Ia menyuruhmu menghadapkan muka ke Tuhan,
Bersegeralah sembahyang dan tuntutlah kemenangan,
La Illaha Illal-lah! ....

(Sunyi Puja, 1948)

14

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960