Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/24

Halaman ini tervalidasi

Manusia barangkali cenderung takabur dalam hidupnya dan hanya ingat alam keduniaan, lupa alam akhirat. Oleh karena itu, melalui sajaknya "Permohonan" penyair menginginkan manusia yang bercitra religius yang menyempatkan diri berkontak dengan Tuhannya dalam hiruk-pikuk duniawi.

Sajak "Permohonan" Hamka memperlihatkan kepada kita keinginan syiar penyairnya melalui larik-larik yang berasal dari ayat-ayat suci. Sajak A. Hasjmy menunjukkan hal yang lain lagi. Sajaknya "Bintang" mengungkapkan si aku lirik yang berserah diri dan berbakti kepada Tuhannya, seperti terbaca dalam larik-larik ini:

Akh, bukan badan, bukan jasmani,
Hanya khayalku terbang ke sana,
Naik bersama arwah yang suci,
Membawa pujian kepada Yang Esa.

(Dewan Sajak, 1941)

Citra manusia yang berserah diri pada Yang Mahakuasa juga tertemukan dalam sajak Amir Hamzah, "Sebab Dikau" karena si aku lirik sadar bahwa

Aku boneka engkau boneka
Penghibur dalang mengatur tembang
Di layar kembang bertukar pandang
Hanya selagu, sepanjang dendang

Golek gemilang ditukarnya pula
Aku engkau di kotak terletak
Aku boneka engkau boneka
Penyenang dalang pengarak sajak

(Pujangga Baru, V/5, November 1937)

Dalam keteduhan hati, kesadaran akan besarnya kasih Tuhan kepada makhluk ciptaan-Nya akan semakin terasa, seperti yang tersirat dalam sajak Aoh Kartahadimadja, "Pecahan Ratna". Dalam sajak itu, kembang yang indah beraneka warna dan berbagai pesona alam telah menggerakkan penyair untuk menyenandungkan "lagu dialun rindu" kepada khaliknya, memuja-Nya dengan kegembiraan hati, seperti terungkap dalam larik-larik berikut ini.

Manusia dan Tuhan

15