Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/26

Halaman ini tervalidasi

jiwanya untuk berbakti kepada Tuhan. Ia berusaha mempertebal iman dan keyakinan agar tidak terjatuh dalam godaan sehingga kelak ia pun dapat menghindari siksa Tuhan di akhirat.

Selanjutnya, Sitor Situmorang dalam sajaknya "Hari Paskah" juga menampilkan citra manusia yang berpasrah diri kepada Tuhan. Aku lirik yang merasa diri dina dan penuh dosa dengan sepenuh hati memasrahkan dirinya kepada Yang Mahakuasa, seperti terungkap dalam larik-larik berikut.

Layar putih
Di langit biru
(Laut merah kesumba)

Isa, Isa,Isa
Aku tak punya rupa

(Dalam Sajak, 1955)

Sajak yang bernafaskan ketuhanan yang ditulis oleh para penyair periode 50-an, antara lain, terlihat pada karya Toto Sudarto Bachtiar, Subagio Sastrowardojo, Ajip Rosidi, Djamil Suherman, Mohammad Saribi, Sugiarta Sriwibawa, dan Kirdjomuljo. Hubungan antara manusia dan Tuhan yang terungkap dalam sajak-sajak periode itu juga menampilkan dua pandangan yang berlawanan, yaitu ketakwaan dan penentangan atau pengingkaran. Mohammad Saribi, misalnya, mengungkapkan kekhusukan perasaan si aku lirik "Pada Malam Bulan Ramadan" yang menggelorakan kerinduannya untuk dekat mesra dengan Tuhannya. Sajak itu lengkapnya demikian.

PADA MALAM BULAN RAMADAN



Demi Tuhan yang jadikan seluruh alam
bintang yang cemerlang di malam kelam

...

Adalah cinta ini mawar yang bersarang di hati
dan sekali menyala bagai bunga api

Butir darah yang timbulkan nafas cemburu.

Adalah cinta ini sumber anggur dari jantung
dan menyiram segala karang-karang rindu

Manusia dan Tuhan

17