Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/31

Halaman ini tervalidasi

MENCARI



Aku mencari
Di kebun India,
Aku pesiar
Di kebun Yunani,
Aku berjalan
Di tanah Roma,
Aku mengembara
Di benua Barat.


Segala buku
Perpustakaan dunia—
Sudah kubaca
Segala filsafat
Sudah kuperiksa
Akhirnya 'ku sampai
Ke dalam taman
Hati sendiri.


Di Sana Bahagia
Sudah lama
Menanti daku.

(Madah Kelana, 1957)

Di sisi lain, Tuhan selalu hadir dalam kehidupan manusia dan manusia tak mungkin melepaskan diri dari bayangan-Nya. Pengingkaran atau keraguan terhadap Tuhan akan semakin mengukuhkan kehadiran Tuhan sebagaimana terlihat dalam sajak Chairil Anwar, "Doa".

Aku lirik yang semula ragu 'termangu' pada Tuhan dalam sajak "Doa" Chairil Anwar ternyata tidak terlepas dari bayangan Yang Maha Pencipta. Ia menyebut-nyebut nama-Nya. Dan dalam keterasingan si aku lirik 'di kelam sunyi', ia hanya melihat kebesaran Yang Maha Pencipta sebagai 'kerdip lilin'. Padahal, ia sadar bahwa 'caya-Mu panas suci'. Ia sungguh merasa tersiksa,'aku hilang bentuk/remuk', dan ia pun merasa kebingungan serupa 'mengembara di negeri asing'. Oleh karena itu, dengan sepenuh hati ia memasrahkan diri pada Tuhannya. Ia sadar kini, hanya kerahmanan Tuhanlah tempatnya berpaling dari segala gejolak dan kemelut hidup.

Di tengah kehidupan yang hiruk-pikuk dan penuh gejolak itu manusia akan selalu berlindung pada Tuhannya. Hanya Tuhanlah tempat mencari kedamaian di tengah hiruk-pikuk dunia, seperti tergambar dalam sajak Asrul Sani, "Pengakuan".

PENGAKUAN


Akulah musafir yang mencari Tuhan
Atas runtuhan gedung dan dada yang remuk
Dalam waktu tiada kekal berdiam dan samadi
Serta kepercayaan pada cinta yang hilang bersama kabut pagi,

22

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960