Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/35

Halaman ini tervalidasi

dengan tulang besi-besi bersilang
dengan muka penumpang gilap berkeringat
dan debu riang mengendap.
Adakah gerimis itu di jendela
dan puntung rokok mengepul.
Dan berita polidk dari koran
dengan inflasi, kelaparan dan bunuh diri.
Nabi,
aku terlalu sayang kepada petualangan ini
di mana hati kembali bocah lagi
orang asing menjadi sobat
dan gadis alim di sudut
menjadi iseng karena resah mengharap.
Adakah di sorga kasih dan derita ini
dengan senang sebentar menjelang.
Nabi, aku ingin masuk ke sorga.

(Simphoni, 1957)

Dalam sajak di atas tampak bahwa si aku lirik menghendaki sifat kemanusiaannya yang ingin mengetahui sesuatu, suka pada petualangan, keisengan, berkenalan dengan orang asing, masalah politik, tetap berlaku sekalipun ia menjadi penghuni sorga. Si aku lirik bertanya-tanya, adakah hal-hal semacam itu masih menyertai kehidupan di sorga?

2.5 Citra Manusia yang Ingkar terhadap Kekuasaan Tuhan

Manusia yang ingkar terhadap kekuasaan Tuhan pada umumnya bersifat takabur. Manusia yang takabur tidak pernah merasa bahwa segala yang dimilikinya di dunia ini sesungguhnya adalah pemberian Tuhan.

Sebagian sajak-sajak yang bersifat religius menampilkan kereligiusannya dengan jalan menampilkan manusia yang tidak religius, yaitu manusia yang mengingkari dan melupakan Tuhan. Citra manusia yang ingkar terhadap kekuasaan Tuhan itu dapat dikatakan sengaja ditampilkan penyair dengan maksud mengingatkan pembaca agar senantiasa bersikap takwa terhadap Tuhan.

Sajak-sajak yang melukiskan sifat menentang dalam wujud pengingkaran dan ketakpatuhan kepada Sang Pencipta sedikit sekali terdapat dalam puisi Angkatan '45. Seandainya ada, pada umumya hanya mengungkapkan kesombongan diri manusia, keserakahan, pemujaan kepada benda, atau paham yang menafikan Tuhan. Dalam tulisan ini terdapat 5 sajak yang mengungkapkan citra manusia

26

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960