Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/41

Halaman ini tervalidasi

Sementara itu, terdapat juga penggambaran citra manusia yang mengagumi kebesaran dan kedahsyatan alam.

Dapat dikatakan bahwa masalah hubungan antara manusia dan alam amat menarik perhatian para penyair Romantik. Hal ini sesuai dengan pendirian aliran Romantik yang bersemboyan "kembali ke alam". Oleh karena itu, dalam sajak-sajak para penyair Romantik banyak muncul citraan-citraan alam. Alam di tangan para penyair Romantik dianggap sebagai suatu organisme yang memiliki kehidupan sendiri sehingga mengalami suasana yang berubah-ubah seperti halnya manusia. Akibatnya ialah penyair Romantik menyamakan alam dengan manusia: lukisan alam, citran-citraan alam digunakan untuk menggambarkan dan mengungkapkan perasaan penyair.

Masalah hubungan manusia dengan alam banyak sekali terdapat dalam puisi Indonesia modern. Dari tahun 1920 hingga tahun 1960 penyair Indonesia yang mengungkap masalah hubungan manusia dengan alam antara lain Mozasa, M. Taslim Ali, J.E. Tatengkeng, Asmara Hadi, Hamidah, Sutan Takdir Alisjahbana, Maria Amin, Sanusi Pane, Amir Hamzah, Chairil Anwar, Asrul Sani, Sitor Situmorang, dan Bahrum Rangkuti. Berikut ini beberapa citra manusia dalam hubungannya dengan alam yang terungkap dalam puisi Indonesia tahun 1920—1960, yang dalam tulisan ini berasal dari 23 sajak. (lihat lampiran 1)

3.2 Citra Manusia yang Bersatu dengan Alam

Dari 23 sajak yang mengemukakan masalah hubungan manusia dan alam terdapat 9 sajak yang mengungkapkan citra manusia yang bersatu dengan alam. Perlu dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan manusia yang bersatu dengan alam adalah manusia yang menganggap dirinya merupakan bagian dari alam, yang berusaha menyelaraskan gerak dan lakunya dengan gerak dan laku alam.

Alam, lewat perubahan-perubahan yang ditampakkannya, bagaikan siklus: ada siang, ada malam, matahari terbit, dan matahari tenggelam. Manusia yang tinggal di dalam alam menerima gejala-gejala alam itu begitu saja, seperti terungkap dalam sajak "Biarkan Dia" A.M.Dg. Mijala:

Kalau matahari sudah terbenam
Gelap malam mulai menjelma
Jangan menyangka wahai teman
Dunia akan kiamat pula.

Esok siang kan terbit pula
Matahari di sebelah Timur

32

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960