Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/42

Halaman ini tervalidasi

itu ada suatu tanda
Dunia akan kembali makmur.
....

(Pujangga Baru, VIII, No. 9, Maret 1941)

Larik-larik di atas memperlihatkan citra manusia yang pasrah dalam kuasa alam, manusia yang menyatu dengan alam. Manusia yang pasrah dalam menghadapi isyarat alam—apa pun isyarat alam itu—juga terungkap dalam sajak "Kepada Mural" M. Taslim Ali:

....
Karena takhyul
Peninggalan masa,
Yang masih bercabul
Di zaman dewasa,

Menghantukan dikau jadi pembawa,
Dari tanda malapetaka.

....

Karena itu
Mulailah kembali
Bernyanyi berlagu
Menghiburkan hati,

Susah tak susah hiraukan,
Nasib tergenggam di tangan Tuhan.

(Pujangga Baru, No. 9, Maret 1941, Th. VIII)

Dalam larik-larik di atas tampak bahwa kicau mural dianggap sebagai isyarat alam menjelang datangnya malapetaka. Padahal, sesungguhnya—menurut penyair—apa yang terjadi dalam alam itu adalah sepenuhnya kuasa Tuhan dan kicau mural itu sendiri pun sebenarya bagian dari kehidupan alam. Oleh karena itu, dalam sajak di atas tersirat bahwa apa pun isyarat alam itu harus dihadapi dengan kepasrahan. Dengan demikian, kepasrahan dalam sajak "Kepada Mural" lahir karena keyakinan bahwa nasib manusia itu berada di tangan Tuhan.

Sikap pasrah itu juga menggiring manusia untuk menyadari bahwa manusia hanyalah sebagian dari alam sehingga manusia hanya mampu menanti dan

Manusia dan Alam

33