Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/56

Halaman ini tervalidasi

Kekaguman akan kebesaran alam yang pada akhirnya melahirkan kecintaan pada tanah air, tanah kelahiran, dengan lebih jelas diungkapkan Yamin dalam sajaknya "Permintaan":

Mendengarkan ombak pada hampirku
Debar-mendebar kiri dan kanan
melagukan nyanyi penuh santunan
Terbitlah rindu ke tempat lahirku.

Sebelah Timur pada pinggirku
Diliputi langit berawan awan
Kelihatan pulau penuh keheranan
Itulah gerangan tanah airku.

.....

(Jong Sumatra, IV/6, Juni 1921

Terlepas dari perubahan pandangan kebangsaan Muhammad Yamin yang bergeser dari Sumatra ke Indonesia, ketiga sajak Yamin di atas memperlihatkan citra manusia yang mengagumi alam sebagai perwujudan rasa cinta tanah air. Aku lirik dalam sajak-sajak Yamin itu menyadari bahwa alam yang indah itu terletak di tanah kelahirannya, tanah airnya sehingga sudah selayaknya apabila ia mengagumi dan mencintai tanah airnya.

Selanjutnya, akan dikemukakan tiga sajak yang semata-mata mengungkapkan kekaguman terhadap alam tanpa dikaitkan dengan (pembangkitan) rasa cinta tanah air. Tiga sajak itu adalah "Tenang" karya Muhammad Yamin, "Air Kecil" karya Intoyo, dan "Danau M" karya Toto Sudarto Bachtiar.

Ketiga sajak tersebut pada dasarnya mengungkapkan bahwa keindahan dan pesona alam itu suatu misteri, penuh rahasia yang tak terpahamkan sehingga manusia hanya terpana dan mengaguminya saja. Muhammad Yamin dalam sajaknya "Tenang" melukiskannya demikian:

Ketika matahari sudahlah hilang
Terbenam di pinggir, di tepi danau
Di balik gunung ’alam mulia
Gelaplah bumi, gulita menjalang.

Gunung Salak penuh rah’sia
Sebagai zamrud cerlang-cemerlang

Manusia dan Alam

47