Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/57

Halaman ini tervalidasi

Bertabir awan selang-menyelang
Adun-temadun warna belia.

....

(Sanjak-sanjak Muda Muhammad Yamin, 1954)

Dalam sajak Yamin di atas, Gunung Salak yang indah mempesona itu dikafakan 'penuh rah'sia', karena pada dasamya keindahan alam itu adalah rahasia alam yang sulit terpahamkan oleh akal manusia. Sajak yang hampir serupa dengan sajak Yamin "Tenang", yakni sajak yang semata-mata hanya melukiskan keindahan dan pesona alam, juga tampak dalam sajak "Air Kecil" karya Intoyo. Dalam sajak Intoyo ini dilukiskan bagaimana air kecil yang mengalir itu pada akhirnya menjadi samudra yang luas tak berbatas:

Air kecil girang mengalir,
Menggelincir berdesir-desir,
Berlari-lari mencari kawan,
Tiba di jalan ibu bengawan,
Lambat lakunya menuju samudra,
Tenang mengenang 'kan cita-cita:
Menyelam ke dalam 'kelaman lautan.

(Pujangga Baru, No. 10, Th. IV, April 1937)

Sajak "Air Kecil" Intoyo memperlihatkan betapa dahsyatnya pesona yang ditimbulkan oleh keteraturan siklus alam: samudra yang luas dan dalam itu pada dasarnya adalah kumpulan air kecil yang menyatu. Kenyataan alam seperti itu merupakan sebagian rahasia alam yang menimbulkan pesona dan kekaguman pada manusia.

Pada sajak Toto Sudarto Bachtiar, "Danau M", keindahan alam itu selain menimbulkan pesona juga melahirkan perasaan gamang, seperti terbaca dalam larik-larik berikut:

Serasa pernah kukenal gunung-gunung ini
juga paras danau
Yang tepinya tak kelihatan
Sangat lajunya sekunar berkejaran

Burung-burung terbang siang hari
Air gemersik pelahan meninggalkan daunan

48

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960