manusia yang patriotik, yang bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk tanah airnya.
Citra manusia yang cinta tanah air itujuga terdapat dalam sajak Mohammad Yamin "Tanah Air":
O, tanah, wahai pulauku
Tempat bahasa mengikat bangsa,
Kiiingat di hati siang dan malam
Sampai semangatku suiam dan silam;
Jikalau Sumatera tanah mulia
Meminta kurban bagi bersama
Terbukalah hatiku badanku rida
Memberikan kurban segala tenaga,
Berbarang dua kuunjukkan tiga
....
- (Suryadi AG., 1987a: 25—27)
Dari larik-larik terakhir bait yang dikutip di atas terlihat kesediaan mengorbankan diri yang tiada tara untuk tanah air si aku lirik ('.../Berbarang dua kuunjukkan tiga'). Pengorbanan diri pada tanah air itu disertai bayangan bahwa pada akhirnya akan tercapai masa yang gemilang, seperti terbaca di bait terakhir:
....
Dengan lambatnya seperti tak'kan sampai
Menghalirlah ia hendak mencapai
Jauh di Sana teluk yang lampai;
Di mana dataran sudah dibilai
Tinggallah emas tiada ternilai.
- (Suryadi AG., 1987a: 25—27)
Indonesia sebagai tanah air yang mulia dan jaya, yang padanya si aku lirik berikrar setia, juga terbayang dalam sajak Mohammad Yamin, "Indonesia, Tumpah Darahku":
....
Bangsa Indonesia bagiku mulia
Terjunjung tinggi pagi dan senja,
Sejak syamsiar di langit nirmala
Manusia dan Masyarakat
53