Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/72

Halaman ini tervalidasi

menjalani kehidupan seperti apa adanya. Bagi si aku lirik, kehidupan itu tidak mungkin berlangsung hanya dengan setumpuk khayalan karena dalam kehidupan yang penuh khayalan ia justru tidak bakal dapat melepaskan diri dari ancaman. Baginya, meskipun hidup ini penuh ancaman, bila manusia meyakini bahwa akan lahir kehidupan yang lebih baik, yang lebih menjanjikan harapan, dan lebih leluasa, persoalan-persoalan akan ditemukan jalan keluarnya.

Pada masa Jepang tema ketabahan tidak terlihat secara eksplisit. Ketabahan yang muncul pada sajak-sajak periode itu berkaitan dengan semangat perjuangan dan kerelaan berkorban, seperti terdapat dalam puisi berikut.

KEYAKINAN


Sekalipun dibanting seluruh tubuh
Disergap dari segenap penjuru
Pedih memar lahir dan batin

Namun jiwa tetap berani
Tiada gentar yakin ’lah hati
Selama masih nyala di dada
Alnur pegangan pada Illahi
Maha adil, Maha Kuasa!

(Jassin, 1969: 38)

Dalam sajak Rosihan Anwar itu, ketabahan menghadapi berbagai cobaan dan keyakinan akan kemenangan yang akan datang oleh si aku lirik disatukan dengan keimanan yang kokoh atas kekuasaan dan keadilan Tuhan. Ketakutan baginya merupakan sesuatu yang sia-sia karena masih ada yang lebih berkuasa daripada manusia. Oleh karena itu, bila keyakinan masih ada di dada dan pegangan iman tiada lepas, kemenangan akan datang juga atas kehendak Illahi. Pandangan semacam ini terlihat juga dalam sajak B.H. Lubis.

SIAP SEDIA



Matamu nanti kaca saja,
Mulutmu nanti habis bicara,
Darahmu nanti mengalir berhenti,
Tapi kami sederap mengganti
Terus berdaya ke masyarakat jaya.

(Jassin, 1969: 106)

Manusia dan Masyarakat

63