Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/79

Halaman ini tervalidasi

Hidup zamanku jadi ilhamku
Zaman yang penuh perjuangan.

(Pujangga Baru, V/1, Juli 1937)

Jadi, sajak "Hidup Baru" dapat dikatakan masih merupakan kelanjutan sajak Asmara Hadi yang dibicarakan sebelumnya, "Kuingat Padamu".

4.5 Citra Manusia yang Berbenturan dengan Masyarakatnya

Citra manusia yang berbenturan dengan masyarakatnya pada umumnya tercipta karena adanya konflik manusia dengan masyarakatnya. Dari sejumlah puisi Indonesia tahun 1920—1960 yang mengemukakan masalah hubungan manusia dan masyarakat terdapat empat sajak yang menampilkan citra manusia yang berbenturan dengan masyarakatnya. Dalam keempat sajak itu perbenturan itu terjadi, antara lain, karena perbedaan kepentingan dan perbedaan pandangan.

Perbedaan kepentingan yang melahirkan benturan kepentingan itu terungkap dalam dua sajak M.R. Dajoh, yaitu "Tanah Jawi" dan "Orang Tani dan Saudagar." Kedua sajak Dajoh tersebut mengemukakan benturan kepentingan antarkelompok, yakni antara kelompok saudagar dan petani. Dalam sajak "Tanah Jawi" diungkapkan sekelompok petani yang menjadi korban kelicikan saudagar, seperti terbaca dalam larik-larik berikut.

Habis tanah kami dijual!
Tanah subur, tanah pusaka!
Kami ini amat sial,
habis kepunyaan belaka!

Habis kepunyaan bapak!
Bapak beri suar-lelahnya
pada kami adik-kakak,
tapi hilang semuanya!

Dimakan akal-busuk saudagar,
ditelan tipu-daya lintah.
Pusaka mahal kami tukar
dengan tipu berlimpah-limpah.

....

(Syair untuk A.S.I.B., tanpa tahun)

70

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960