Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/83

Halaman ini tervalidasi

Ajip Rosidi dalam sajaknya yang lain, "Kota demi Kota" juga memunculkan si aku lirik yang hanya melihat kehidupan yang suram 'seperti lukisan dinding yang kabur':

KOTA DEMI KOTA


Tukang sayur berjajar sepanjang trotoar
mengantuk dalam lengan hari
Meski mulutnya bicara, tapi tiada suara
Tiba di telinga. Hanya gema
Mengumandangkan ulang berulang. Tanpa makna
Tangannya mengangkang menghalau anjing
Sebagian dari mimpi
Kala senja aku jalan-jalan di suatu kota
Jakarta, Bandung, Jogja, tak peduli.

(Cari Muatan, 1959)

Sementara itu, Ajip Rosidi dalam sajaknya yang lain yang berjudul "Tamu Malam" mengungkapkan pemimpin yang tidak tanggap terhadap peristiwa yang menimpa rakyat, seperti terbaca dalam larik-larik berikut ini.

III
Lihat betapa terang malam
Seluruh kampung benderang
karena kobaran api

....
Dengar! letusan-letusan menuli kuping
Dan teriakan putus asa
meratap Tuhan dan suami
Menangisi anak dan rumah
Karena renggutan tangan jahanam
....

V
Terengah-engah, lesu lelah
menghadap komandan jaga
yang memandang bertanya

74

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960