Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/90

Halaman ini tervalidasi

III
Kalau kami jalan di muka,
Adalah karena kesadaran,
Tiada yang lain mau turun tangan,
Menuju cahya

(Surat Cinta Enday Rasidin, 1960)
4.7 Simpulan

Sejumlah puisi Indonesia tahun 1920—1960 yang mengemukakan masalah hubungan manusia dan masyarakat ternyata menampakkan beberapa citra manusia, yaitu manusia yang patriotik, manusia yang mengabdi pada keluarga, manusia yang menginginkan pembaruan, manusia yang berbenturan dengan masyarakat, dan manusia yang resah terhadap situasi masyarakat. Citra-citra manusia tersebut pada dasarnya muncul karena adanya dua corak utama dalam hubungan manusia—masyarakat, yaitu keserasian/keselarasan dan konflik.

Sementara itu, timbulnya citra manusia yang patriotik tidak terlepas dari situasi sosial politik yang ada antara tahun 1920—1960, yang berusaha meraih dan mempertahankan kemerdekaan. Setelah kemerdekaan terwujud pada tahun 1945 gangguan politis yang berusaha menggoyahkan dasar-dasar negara merdeka masih muncul dari dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, setelah kemerdekaan pun sajak-sajak yang bernafaskan patriotisme dan solidaritas masih dikobarkan oleh penyair.

Di tengah-tengah perjuangan politik yang mewarnai puisi Indonesia 1920—1960 yang berkaitan dengan masalah hubungan manusia dan masyarakat, terdapat pula puisi yang mengungkapkan masalah tanggung jawab pada keluarga dan puisi yang menggugat kemapanan yang ada dalam masyarakat (masing-masing diungkapkan oleh "Elang Laut" Asrul Sani dan "Menuju ke Laut" Sutan Takdir Alisjahbana). Manusia yang menggugat kemapanan yang ada dalam masyarakatnya muncul karena adanya konflik dengan masyarakat. Konflik yang lebih terbuka antara manusia dan masyarakat—seperti terlihat dalam puisi Indonesia 1920—1960—melahirkan citra manusia yang berbenturan dengan masyarakat. Di lain pihak, konflik yang antara lain terwujud dalam perbedaan pandangan, perbedaan aspirasi, dan perbedaan kepentingan, juga melahirkan citra manusia yang resah terhadap situasi masyarakat. Citra manusia yang resah terhadap situasi masyarakat terutama mulai muncul dalam puisi Indonesia setelah kemerdekaan

Manusia dan Masyarakat

81