Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/95

Halaman ini tervalidasi

  Kuberdiri dari memeluk nisan, walau badan lesu
letai, persendian lemah-kaku.
  Kupetik bunga yang melingkungi peristirahatan,
ibuku itu, kutanam dulu dengan cinta-kasih sembah-
gairatku, ketika ia baru tiga berjalan.
  Ranting sudah menjadi batang, batang ranting
meranting, daun rindang-merimbun, penampung luruh lisut
  Kuambil empat kuntum, empat macam bunga, dari satu
satu sudut, dua-dua semacam warnanya.
  Kuberdiri tentang kepala, kulurut penampung satu
per satu penampung berbuat menghampar, rata tidak
tertutup belum.
  Merah-putih selimutnya, redam-halus, gilang-gemilang
di sinar emas, menyelisik masuk, dari celah ranting.
  Ibu! itu baharu persembahanku ...

(Pujangga Baru, II/3, September 1934)

Larik-larik di atas memperlihatkan pada kita citra seorang manusia yang berbakti pada ibunya, pada orang tuanya. Citra serupa terdapat juga dalam sajak Fatimah H. Delais, "Keluhan Kalbu":

    ....

    Memandang bunga
    Di taman Ibunda
    Banyak terkulai lemah sayu
    Termangu selalu ditampar mutu.

    Daku tersedar
    Sukma bergetar
    Dari segi ratapan jiwa
    Kugubahlah dia di "taman pujangga"

    Gubahan berisi
    "Keluhan" kalbu
    Mengalir memenuhi rekaan kata
    Dalam kegelapan malam duka.

86

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960