Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/96

Halaman ini tervalidasi

Dengarlah angin membisikkan pesan
Pesan beralun dari kuburan
"Berkembanglah wahai puspa rupawan
Membumbung harum ke mega kebah'giaan"

(Pedoman Masyarakat, II/39, 18 November 1936)

Kedekatan batin dengan ibu yang dirasakan oleh aku lirik bahkan telah memberi si aku lirik inspirasi, semangat hidup, untuk meraih cita-cita, kebahagiaan hidup di dunia, seperti diungkapkan penyair dalam bait terakhir. Dengan demikian, citra ibu di sini menjadi gantungan jiwa, tempat si anak mengadukan nasib dan memperoleh kekuatan jiwa.

Citra seorang anak yang berbakti kepada orang tuannya juga diperlihatkan M.R. Dajoh lewat sajaknya "Pekerjaan Anak". Dalam sajak itu, seorang anak kecil telah bekerja keras, menanggung beban hidup yang berat tanpa berkeluhkesah, demi meringankan beban hidup bapaknya, seperti terungkap dalam larik-larik berikut.

....
Panas-terik membakar punggung,
punggung panas tak berbaju!
Anak kecil telah menanggung
kehidupan di atas batu.

....
"Saya berhenti dahulu!
"Bahu sakit ditekan beban!
"Nanti dahulu Bapak! Tunggu!
"Saya besar! Beban ringan!

"Saya suka menolong Bapak!
"Saya pikul beban berat.
"Lihat tangan saya, bapak!
"Kaki, tangan bertambah kuat!

"Seperti besi kekuatan saya!
"Saya kuat, ya, bapak?"
Anak memikul dengan payah,
Beban berat berderak-derak.

Manusia dan Manusia Lain87