Halaman:Citra Manusia Dalam Puisi Indonesia Modern 1920-1960.pdf/99

Halaman ini tervalidasi

Yang kini terbaring tak terasa hembusan panas napasmu
Wewangian sorga yang pemah kau taburkan untukku
tajam membekas di bawah telapak kakimu
tidakkah cinta memaafkan
kutinggalkan doa dalam naungan

....

(Nafiri, 1983)

Rasa cinta kepada ibu memiliki nuansa yang berlainan dengan rasa cinta kepada kekasih. Dalam sajak W.S. Rendra "Gerilya" terasa kuat sekali rasa cinta kepada ibu. Seorang gerilyawan muda belia nekad menyusup ke tengah kota karena kuat keinginannya mengubur jenazah ibunya yang menjanda. Namun, remaja belia itu akhirnya gugur ditembus peluru Belanda. Orang kampung mengenali mayatnya dan kemudian menguburkannya.

  GERILYA

Tubuh biru
tatapan mata biru
lelaki terguling di jalan.

Angin tergantung
terkecap pahitnya tembakau
bendungan keluh dan bencana.

Tubuh biru
tatapan mata biru
Ielaki terguling di jalan.

Dengan tujuh lubang pelor
diketuk gerbang langit
dan menyala mentari muda
melepas kesumatnya.

....

Orang-orang kampung mengenalnya
anak janda berambut ombak
ditimba air bergantang-gantang

90

Citra Manusia dalam Puisi Modern Indonesia 1920-1960