— 52 —
prampoean seperti si Koenjit jang napsoenja begitoe berapi, ia samaken si Asiong sama djoega bantji.
Sebab ada lelangse mengandang, kita tida bisa liat apa jang itoe doea orang bikin.
Tida lama diaorang soeda doedoek lagi disebla loear dengen moeka seperti jang beroentoeng sekali dan sekarang ada lebi banjak si Djoened jang raba-raba badannja si Koenjit.
Tapi si Koenjit merasa takoet ketaoean, ia lekas bikin betoel ramboetnja dan sesoedanja Djoened melongok kloear dan bilang tida ada orang, Koenjit lantas kloear dengen djandji jang lagi doea tiga hari tentoe ia dateng lagi. Perkara Saonah, tida kenapa, ia nanti atoer.
Dari sini ia lari ke kali, basain moeka, tangan dan kakinja, lantas lari-lari poelang karoema orang toeanja, jang sasoedanja gendong sebentar anaknja sendiri, lantas pamitan poelang ka roemanja di Sawa Besar.
Akin tida doega apa-apa, tetapi sang iboe, tida begitoe gampang di bohongin, ia liat girangnja Koenjit ada loear biasa dan tingkanja sebegitoe roepa, ia soeda doega pasti tentoe ada berhoeboeng dengen satoe perkara, jang ia tida boleh tjerita atawa tanja, hanja ia gojang kepala sadja. Dalem atinja ia pikir:
„Masa boleh sala? Ka kali? Dia boleh bilang. Lelaki dia boleh bohongin begitoe, sama-sama prampoean mana boleh? Tapi, sekarang tida