Halaman:Darah Kotor.pdf/80

Halaman ini telah diuji baca

— 79 —

itoe sair-sair jang begitoe bagoes, satoe kali ia denger sateroes-teroesnja ia inget.

Koenjit bisa poekoel gambang, kaloe ia poekoel gambang, si Rotti disoeroe tandak sembari njanji, tida brentinja sang iboe tertawa soeka hati liat tingkanja itoe anak jang katanja loetjoe dan soearanja njanji jang katanja merdoe.

Kaloe Asiong liat begitoe, ia djoega tempo-tempo toeroet tersenjoem, tapi dalam hatinja ia bentji itoe anak dan ia mengarti biar begimana djoega itoe anak tida bisa bae, sebab dapat didikan jang sanget kliroe.


Asiong poenja pemandangan boeat kadepannja djadi mingkin gelap. Lebi sepoeloe taon ia piara si Koenjit, tida dapat anak, oewang simpenan tida ada barang sedikit, sebab si Koenjit pake abis bakal maen, laen sekali sama Afoek, jang soeda bisa koempoel banjak oewang dan di Tiongkok ia soeda bisa bikin roema dan bli sawa-sawa, sedeng disini ia mentjari dengen radjin, dibantoe oleh bininja, jang ia soeda soeroe dateng dari Tiongkok.

Plahan-plahan Asiong moelain batok-batok dan satoe kali batok, lantas soeda tida ketoeloengan lagi. Empat boelan lamanja ia sakit, soeda tida obat lagi jang toeloeng djiwanja dan begitoelah pada soeatoe hari seperti ditjeritaken pada bagian kesatoe dari ini tjerita, maitnja Asiong soeda digotong bawa ka koeboer.