Halaman:Darah Kotor.pdf/86

Halaman ini telah diuji baca

— 85 —

goea maoein anak loe, tapi loe toea bangka njelak di tenga”

„Kaloe begitoe, dia boenting sama loe, bangsat!”

Bermoela Soeboer djadi kamekmek, tapi ia soeda berkata, ia lantas teroesin.

„Apa lagi loe maoe tanja? Masa orang boenting sama setan?

Si Koenjit djadi kaget sama djoega kepagoet oeler. la lompat berdiri dan mendelik awasin anaknja dengen tida bisa kata satoe apa. Bebrapa saat lamanja, ia iantas toeding anaknja dan tanja:

„Eh, soendel! Betoel begitoe?”

Sebab si Rotti diam sadja, njata ia mengakoe, disinilah si Koenjit tida bisa tahan lagi, laloe djatoken dirinja dibangkoe dan menangis sedi sekali.

Itoe semaleman, ia tida bisa tidoer, ia pikirin betoel tjilaka sekali dirinja, masa ada poenja laki direboet oleh anak sendiri? la rasa djoega itoelah ada hoekoeman boeat segala ia poenja kesalahan, ia sendiri djoega soeda bawa lakoe sebagi satoe moler, ia berlaki tjoema boeat pedengan sadja, sebab selaloe ia berdjina diloearan, sama iboenja sendiri ia poen melawan, keliwat brani, inilah ada pembalesannja. Itoe pembalesan djoestroe ia dapet sasoedanja kisoet koelit moeka dan gigi ampir abis, mana dia bisa lawan bersaing dengen anaknja sendiri, jang masi moeda dan seger?

Sedjak itoe, ia djato sakit mereres bebrapa boelan lamanja ia sakit tida djoega keliatan baenja. Si Soeboer soenggoe marah sama dia,