Halaman:Detective Chiu.pdf/62

Halaman ini telah diuji baca

60

TJILIK ROMAN'S

terlalu banjak perkerdjahan di dalem Kantoor,” menjaut Tjoan Hin.

Itu ibu jang menjinta putranja lalu awasken mukanja Tjoan Hin sekutika lamanja, kemudian ia lalu berdjalan keluar dari kamar.

„Kesian ibu......” kata Tjoan Hin seorang diri: „Ia suda berusia tinggi memang suda sepantesnja ia mempunjain mantu jang musti urus ia punja segala keperluan......”

Buat hilangken ia punja pikiran jang pepet, Tjoan Hin lalu buka djendela samping, di mana hawa udara seger lalu menghembus kedalem. Ia duduk ngelamun seorang diri sekutika lamanja, parasnja itu bidadari jang tjantik serta itu senjuman jang menggiurken hati, telah membikin itu pemuda mendjadi lupa daratan. Sunggu keras sekali pengaruhnja Tjinta. Kutika meliat anaknja terpekur, njonja Tjiam lalu panggil pada Tjoan Hin buat bersantap, jang pada kutika itu sang ibu jang baek budi suda sediaken buat ia punja putra.

III

SETENGA bulan telah berselang sedari apa jg terganti oleh siang jang panas, Betara Surja suda mulain mengintip dengen rupa-malu di selah-selah awan. Dalem ia punja ruma Tjean Hin dan ibunja lagi sedeng duduk menghadepin satu medja ketjil, di mana ada terdapet dua tjangkir koffie berserta kuwee². Kombali orang berada di Hari Minggu, Tjoan Hin tida berkerdja.

„Kau keliatannja kurang sehat, ibu......” kedengeran Tjoan Hin berkata.