Halaman:Detective Chiu.pdf/70

Halaman ini telah diuji baca

68

TJILIK ROMAN'S

sia-sia belaka. Lama aku ingin utaraken ini pengrasahan aken tetapi aku tida mempunjain tjukup kebranian. Pendek kata, sual ini ada mendjadi mati-hidupku. Apa aku bakal mendjadi beruntung atawa sengsara dalem ini dunia, ada bergantung dengen kau punja putusan pada malem ini.”

Kombali Tien Nio tida menjaut, melainken parasnja mendjadi merah djambu, hal mana membikin ketjantikannja Lena djadi bertamba. Tjoan Hin jang sanget bernapsu buat denger djawabannja Lena, mendjadi berkuatir, dengen tida sabaran ia lalu menerusken pembitjarahannja. „,Oh... Len... Len... djiwa hatiku, kenapa kau tida menjaut? Oh...... aku rasa sekarang bahua aku ini betul-betul suda keblakangan, hingga kau punja hati rupanja sadja suda di tempatin oleh laen orang......” Sehabisnja berkata begitu, Tjoan Hin lalu mengelah napas, kemudian keluarin ia punja saputangan buat tjit ia punja keringet jg keluar mengutjur......

Ini kali Lena tida bisa berdiam terus, maka itu sesudanja angkat kepalanja jang sedari tadi di tundukin sadja, ia lalu berkata: „Oh...... engko Tjoan Hin, kliru sekali kalu kau menduga demikian. Sampe pada saat ini hatiku masih tetep kosong, seperti djuga itu langit jang djerni di mana tiada ada sepotong awan pun jang menutupin. Sebagi djuga kau, engko, aku djuga ada menjinta pada dirimu dengen segenap djiwaku... tjuma... tjuma sadja...” Itu gadis berdiam lagi. „Tjuma apa Lena...?? memutusken Tjoan Hin dengen pengrasahan kuatir. Tjuma sadja... aku kuatir tida bisa...” menjaut Lena. „Mengapatah tida bisa?... apatah kau menolak aku punja tjinta??......” berkata Tjoan Hin.

„Aku bersumpa di hadepanmu, dan djuga di