Halaman:Detective Chiu.pdf/77

Halaman ini telah diuji baca

HARTA LAWAN TJINTA

75

„Lena...... bangun” kata sang ibu pada gadisnja: „Kau tau, barusan sadja aku menolak lamarannja njonja Tjiam, jaitu ibunja Tjoan Hin. Aku sengadja telah berbuat demikian, kerna kau punja kebruntungan sekarang suda berada di depan mata......” Begimana kau bisa di pasangken sama Tjoan Hin jang miskin? Kau satu gadis hartawan suda tentu musti dapet pasangan orang jang setimpal betul. Kau tau, bahua kau punja entjek di Bandung telah piliken kau satu pasangan jang sembabat betul. Kho Tjong Bian eigenaar dari „Djaja-Mulia” suda madjuken ia punja lamaran... dan kita suda trima itu. Tida lama pula kau aken sigra menika dan hidup beruntung dengen kau punja bakal suami. Laen minggu Tjong Bian bakal dateng kemari, baek kau beladjar kenal dengen kau punja bakal suami itu. Mulain hari ini kita larang padamu buat bergaulan lagi dengen Tjoan Hin.” Ibu itu berdiam, dan mau meliat apa jang bakal mendjadi akibatnja ia punja pembitjarahan tadi.

Seperti orang jang terpagut uler, Tien Nio bangun duduk di atas pembaringan ia awasken muka ibunja dengen sorot mata gurem. „Apa kau tida setudju jang kita suda tolak lamarannja Tjoan Hin?” menanja lagi sang ibu. Tien Nio bersangsi sekutika lamanja. Ia duduk mendjublek dengen tida memperduliken sang ibu. Ia ingin utaraken ia punja pengrasahan hati, aken tetapi lehernja di rasaken seperti terkantjing, lidanja dirasaken kaku. Ia tetep membisu.

„Kenapa bolenja kau mendjadi berduka? Harep kau tjeritaken kau punja pengrasahan hati dengen terus terang......” membudjuk itu ibu.

„Oh...... ibu...... aku tida sudi menika dengen hartawan dari Bandung, aku...... aku......” Lena