Halaman:Detective Chiu.pdf/81

Halaman ini telah diuji baca

HARTA LAWAN TJINTA

79

sekali. Memang djuga jang Lena itu ada sanget berbakti sekali terhadep ia punja orang tua. Sama sekali ia bukannja bermaksud buat membikin hati ibunja mendjadi djengkel, aken tetapi oleh kerna hatinja suda di tempatin Tjoan Hin, djadi ia sama sekali tida tau apa jang ia harus berbuat ...... melainken...... lepas suaranja menangis tersedu-sedu.......

„Harep kau djangan bersedi Lena......” kata lagi itu ibu jang mata duitan: „Djandjilah pada kita bahua kau aken turut kita punja permintahan buat mendjadi seorang jang hartawan di kemudian hari......” Kombali Lena tida menjaut, rupanja sadja ia lagi sedeng lajangken pikirannja. Ia punja pikiran lagi sedeng bertarung heibat. Hampir sadja ia punja mulut mau mengutaraken bahua ia mau turut kehendakannja ia punja orang tua, aken tetapi dengen mendadak pula bajangannja Tjoan Hin berklebat depan matanja; hingga teringet lagi olehnja itu perdjandjian pada itu maleman Terang Bulan. Tersurung oleh pengrasahannja sendiri, achirnja Lena telah mendapet satu tenaga baru, ia sigra keringken ia punja aer mata, dan dengen suara tetep ia lalu berkata pada ajahnja: „Menjesel...... ajah, jang aku musti menolak kau punja permintahan.......”

„Djadi kau tetep tida mau menurut??” menanja lagi Sian Kheng dengen gusar.

„Betul, ajah, maskipun aku di bikin mati djuga, aku tetep musti menolak kau punja permintahan...” kata Lena pada ajahnja.

„Djadi kau tetep tida mau menurut?” kata Sian Kheng lagi dengen gusar serta agaknja seperti mengantjem pada putrinja.

„Betul......” menjaut Lena dengen suara tetep.