Halaman:Detective Chiu.pdf/82

Halaman ini telah diuji baca

80

TJILIK ROMAN'S

„Bagus, bagus betul ja? Siapa jang adjar kepadamu buat berlaku kurang adjar pada kau punja orang tua? Ha...... tentu itu andjing keparat jang berupa Tjoan Hin. Kalu ia brani dateng lagi kemari, aku nanti......” Sian Kheng punja napas memburu tersengal-sengal...... ia tida dapet terusken lagi ia punja perkatahan, kerna ia lalu batuk-batuk, aken kemudian dengen gabrukin pintu kamar ia lalu berdjalan keluar, tinggalken istrinja jang masih terus mendjublek di situ sebagi djuga satu patung. Itulah ada kelakuannja satu ajah jang bertindak sebagi djuga satu dictator, di mana ia punja perkatahan harus mendjadi wet. Aken tetapi itu semuanja suda terdjadi kerna pengaruhnja uang jang telah membikin matanja Sian Kheng sebagi djuga buta...... Dengen putus harepan, achirnja ibunja Lena djuga tinggalken ia punja putri, jang terus sadja banting dirinja di atas pembaringan buat melampiasken ia punja kesedian hati.

Dengen tida sabaran Tjoan Hin menungguken kedatengan ia punja ibu jang pergi melamar pada dirinja Lena. Itu waktu suda hampir lohor, aken tetapi masih djuga sang ibu belon keliatan mata hidungnja. Tjoan Hin berdjalan bulak-balik sambil gendong tangan. Kelakuannja ada mirip sekali sebagi satu persakitan jang lagi sedeng tungguken putusan Hakim. Matanja sebentar-bentar di intjerken ke djalan rajah buat meliat apa ibunja suda kombali atawa belon......

Kutika suda hampir djam tiga, barulah keliatan sang ibu berdjalan pulang sambil undjuk muka lesu. „Begimana...... ibu?” menanja Tjoan Hin