— 327 —
goegoep tiada bisa bitjara satoe apa dan tjoba boeat moendoer.
„Masoek toch toean toean,“ kata Laporte, „Sri Ratoe soeda kasi idzin.“
Satoe orang jang hatinja lebi brani masoek dan djalan berdjingke. Jang laen lantes toeroet itoe toeladan dan tiada lama poela itoe kamar soeda penoe dengen orang, tapi tiada ada kadengeran satoe soeara. Orang orang jang ada di sebla blakang dan tiada bisa dapet masoek berdjingke djoega boeat tjoba dapet liat ka dalem.
D'Artagnan jang mengintip dari dalem soeda kenalken orang jang masoek bermoela ada Planchet.
„Toean,“ kata Ratoe Anna pada Planchet, jang dipandang sebagi kepala dari itoe orang banjak, „kau ingin liat Radja dan akoe sendiri nanti kasi liat Radja pada kau. Madjoe, liat padanja dan bilang apa kau kira kita ada orang orang jang maoe lari dari sini.“
„Tiada, tentoe tiada,“ kata Planchet jang djadi bengong Ratoe soeka bitjara padanja.
„Kau tentoe nanti sampeken pada sekalian pendoedoek kota Parijs,“ kata Ratoe Anna dengen tersenjoem manis, „tapi tjoema d'Artagnan jang mengarti lantaran apa Ratoe Anna tersenjoem; jang kau soeda liat dengen mata sendiri Radja lagi tidoer dan akoe sedia boeat masoek tidoer djoega,“
Akoe nanti sampeken pada iaorang, njonja, dan orang orang jang ada toeroet akoe djoega nanti kasi itoe ketrangan, tapi. . .“
„Tapi apa?“ menanja Ratoe Anna.
„Sri Baginda djangan goesar pada akoe,“ kata Planchet; „apa jang ada di ini pembaringan betoel Radja ?“
