Halaman:Dr Soetomo Riwayat Hidup dan Perjuangannya.pdf/17

Halaman ini tervalidasi

Tjara pengangkutan sedemikian itu ialah untuk mendjaga, djangan sampai sang djabang baji didalam gua-garba si-ibu dalam perdjalanan terguntjang-guntjang. Perdjalanan dengan tandu tadi memakan waktu dua hari lamanja; ketjuali empat orang pemikul tandu, turut serta pula pengawal jang bersendjata tombak dan pedang, sedangkan suami Njonja Soewadji, jang pada waktu itu mendjadi guru Sekolah Rakjat, turut mengantarkan isterinja.

Nenek Soebroto itu adalah tuan R. Ng. Singowidjojo, jang kemudian, sesudah naik hadji, bernama Kyai Hadji Abdurrachman. Ia dan isterinja terkenal sebagai orang jang sangat saleh dan baik budi pekertinja.

Suatu kebiasaan nenek suami isteri itu, menurut ingatan Dr Soetomo, ialah hampir setiap malam mereka itu keluar dari rumahnja, duduk dihalaman untuk bersamadi. Nenek laki-laki, jang keluar dari sebelah Timur rumahnja, sambil menuntun Soebroto, berdjalan perlahan-lahan mengelilingi rumah; setiba didepan rumah bertemu dengan nenek perempuan jang keluar dari sebelah Barat rumah; disana mereka itu duduk berdjadjar, tiada berkata-kata, masing-masing memudja, sambil menghitung tesbih ditangannja.

Soebroto tidak mengerti apa arti perbuatan neneknja itu, tetapi hal itu tidak luput meninggalkan kesan jang sangat mengharukan djiwanja; hal itu terlebih-lebih terasanja, apabila bulan sedang memantjarkan tjahaja jang terang benderang. Ia merasa dirinja sangat ketjil, tetapi hatinja penuh dengan ketenangan dan ketenteraman oleh bimbingan tangan nenek laki-laki, dan setelah diam berdiri disamping nenek perempuan jang mengekap badannja, terasalah olehnja, betapa aman dan damainja pengaruh perlindungan kedua orang nenek jang tertjinta itu. Timbul dalam djiwanja perasaan chidmat, pada hal siang harinja sering kali nenek itu dipermain-mainkan olehnja.

Soebroto hidup dimandjakan oleh neneknja. Segala keinginan dan kemauannja selalu dituruti. Kalau Soebroto kebetulan marah dan meradjuk pada orang lain, kedua

12