Halaman:Dr Soetomo Riwayat Hidup dan Perjuangannya.pdf/22

Halaman ini tervalidasi

merasa lebih senang, kalau boleh kembali kerumah neneknja didesa itu.

Tidak lama Soebroto tinggal dirumah R. Djojoatmodjo itu, karena ajahnja kemudian mendapat pekerdjaan sebagai Adjun-Djaksa di Madium itu pula, sehingga Soebroto lalu tinggal dirumah ajah-ibu sendiri. Tetapi hidup dibawah asuhan orang tuanja sendiri itupun tidak lama djuga, karena ajahnja ingin memasukkan dia kesekolah Belanda, agar lebih pesat mendapat kemadjuan. R. Soewadji, ajah Soebroto, mendengar kabar, bahwa disekolah rendah Belanda di Bangil ada kesempatan buat anak Indonesia untuk memasukinja. Soebroto pun dikirimkanlah ke Bangil, dipondokkan dirumah mamaknja, Ardjodipuro, seorang guru.

Disinilah Soebroto terpaksa berganti nama Soetomo. Sebabnja ialah, karena waktu dimasukkan sekolah rendah Belanda di Bangil itu ia mula-mula ditolak. Anak mamaknja sendiri, Sahit, dapat diterima. Tuan Ardjodipuro lalu menggunakan akal, agar Soebroto dapat pula diterima. Pada keesokan harinja Soebroto dibawanja lagi kesekolah dan dimintakan tempat dengan dikatakan, bahwa anak jang dibawanja itu adalah Soetomo, adik Sahit jang telah diterima masuk sekolah. Permintaan itu dapat dikabulkan, dan sedjak itu nama 'Soetomo' tetap dipakai.

Dirumah tuan Ardjodipuro itu Soetomo mengalami suasana penghidupan jang baru lagi. Tuan Ardjodipuro adalah seorang ahli kebatinan jang gemar tirakat, jaitu makan, minum dan tidur djauh kurang daripada ukuran buat kebiasaan orang. Ia sebenarnja keturunan Pangeran Diponegoro, telah melarikan diri dari Mataram, karena diburu oleh Belanda. Agar rahasianja itu tidak diketahui orang, ia telah membuang gelar kebangsawanannja dan mengaku keturunan orang biasa. Djiwa Soetomo pun dirumah Ardjodipuro itu terpengaruh oleh tjara hidup mamaknja. Ia tiada lagi makan kenjang-kenjang seperti biasa; dimalam hari ia sering turut keluar rumah, memandang langit

17