Halaman:Dr Soetomo Riwayat Hidup dan Perjuangannya.pdf/23

Halaman ini tervalidasi

jang penuh dengan bintang-bintang jang berkelip-kelip; ia diadjar pula mengheningkan tjipta dan memusatkan perasaan dan pikiran sambil memandang dengan tenang kesatu djurusan, berganti-ganti kelangit, kebumi, ke Barat, Timur, Selatan dan Utara. Soetomo jang seketjil itu melakukan segala petundjuk mamaknja dengan tidak mengerti benar apa maksudnja. Tetapi lama-kelamaan iapun merasa, bahwa kenakalan-kenakalan jang dulu waktu di Ngepeh dan di Madiun sering dilakukannja, sekarang tidak patut lagi dilakukan, terutama bila ia berhadapan dengan mamaknja. Makin hari Soetomopun merasa makin tenang hatinja dan iapun makin merasa takut pada Tuhan.

Sahit jang duduk sekelas dengan Soetomo, disekolah ternjata djauh lebih pandai dan tjakap daripada Soetomo. Kelakuannjapun djauh lebih baik dan lebih suka menurut pada guru dan orang tuanja. Sampai dalam olah-ragapun Soetomo kalah dengan Sahit. Dikelas ia biasa menurun peladjaran dari Sahit atau dari murid-murid lainnja. Soetomo gemar sekali bermain-main dan ... berkelahi. Tidak djarang ia pulang kerumah dengan muka jang bengkak serta badju kojak, bekas berkelahi dengan teman-teman sekolahnja, anak-anak Belanda. Ia tidak takut melawan sinjo-sinjo jang badannja lebih besar daripadanja, tetapi dalam perkelahian itu ia tidak pernah menang. Karena keberaniannja itu, lama-kelamaan teman-temannja malah dapat menghargainja, sehingga tumbuh rasa persahabatan. Anak-anak perempuan banjak jang suka memihak atau membela Soetomo, karena ia lebih ketjil dan lebih muda daripada kawan-kawannja, lawan ia berkelahi.

Diwaktu libur Soetomo biasanja tidak pulang kerumah orang tuanja, melainkan kerumah neneknja di Ngepeh. Selama liburan itu kembalilah ia hidup mewah dan mandja. Nenek Soetomo mempunjai keinginan, bahkan kepertjajaan, bahwa tjutjunja kelak akan mendapat pangkat jang tertinggi dalam dunia pemerintahan. Kepertjajaan

18