Halaman:Dr Soetomo Riwayat Hidup dan Perjuangannya.pdf/27

Halaman ini tervalidasi

diasrama, melanggar peraturan-peraturan asrama, menggoda pendjaga asrama, keluar dari asrama untuk berdjalan-djalan atau makan-minum dirumah makan, dan sebagainja.

Kemadjuan peladjaran Soetomo achirnja diketahui djuga oleh ajahnja, jang bergirang hati karenanja. Perubahan jang menggembirakan itu nampak pula pada surat-surat Soetomo kepada ajahnja, jang makin ternjata 'berisi'.

Isi surat itu bukan lagi seperti dulu permintaan tambahan kiriman uang, melainkan hal-hal jang membajangkan perkembangan djiwanja, misalnja andjuran dan persetudjuan Soetomo akan tindakan ajahnja, jang telah memasukkan Srijati, adik perempuan Soetomo, kesekolah Belanda. Perbuatan itu bagi seorang Pamong Pradja ditahun 1906, dalam pandangan masjarakat adalah 'luar biasa'. Malah nenek Soetomo sendiri telah menjangka, bahwa menantunja, jaitu ajah Soetomo itu, telah 'masuk agama Kristen'. Bahkan ada seorang amtenar tinggi jang telah mendapat didikan universiter menjatakan bahwa perbuatan ajah Soetomo itu tidak patut, jakni, bahwa seorang jang hanja berpangkat Wedana memasukkan anaknja perempuan kesekolah Belanda!

Didalam surat Soetomo jang lain ia mengusulkan kepada ajahnja, agar adiknja laki-laki, Soeratmo, dimasukkan kesekolah H.B.S., supaja mendapat pendidikan jang lebih baik.

Dimadjukan pula pertimbangan, agar adiknja jang lain, Soesilo, jang beladjar disekolah Stovia, diberi beaja ekstra untuk mengambil peladjaran privaat bahasa Inggris, karena pada waktu itu disamping bahasa Belanda di Stovia hanja diberikan peladjaran bahasa Djerman. Soetomo tahu, bahwa Soesilo madju sekali peladjarannja.

Isi surat-surat Soetomo itu sangat membanggakan hati ajahnja.

Dikala perhubungan batin antara ajah dan anak berkembang serupa itu, datanglah mendadak pertjobaan jang berat bagi Soetomo dan keluarga seluruhnja: Pada tanggal 28 Djuli 1907 R. Soewadji wafat.

22