Halaman:Eksistensi Bahasa Minangkabau Dalam Keluarga Muda Minang Di Kota Padang.pdf/20

Halaman ini belum diuji baca

Bagi orang muda yang sudah bekerja, biasanya mereka membawa serta keluarga mereka untuk menetap di Kota Padang. Mereka dapat memilih tempat tinggal di perumahan atau di perkampungan biasa. Dalam hal berbahasa, para keluarga muda itu memperlihatkan fenomena yang berbeda pula. Di jalan atau di bus kota ketika berbincang-bincang dengan anak, istri, dan suami, mereka lebih cenderung menggunakan bahasa 'gado-gado', vaitu bahasa Minangkabau (untuk selanjutnya disingkat BM) bercampur dengan bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat BI).

Melihat fenomena kebahasaan seperti itu, muncul sebuah pertanyaan bagaimana eksistensi BM di dalam ranah keluarga, terutama dalam keluarga muda Minang di perkotaan? Akhirnya, pertanyaan itu sekaligus telah menjadi dorongan bagi tim peneliti untuk melakukan penelitian.

Penelitian yang bersifat sosiolinguistis tentang bahasa BM pernah dilakukan, di antaranya, oleh Syarif dkk. (2002) tentang pergeseran dan pemertahanan BM di wilayah Kota Padang. Ia menitikberatkan perhatian pada responden secara individu yang berumur antara 25—-60 tahun. Penelitian tesebut difokuskan pada pemakaian BM antara golongan tua dan golongan muda. Selain itu, penelitian ini juga mecermati pemakaian salah satu dialek BM di Kota Padang, yaitu Dialek Padang Area. Sebagai simpulan, Syarif dkk. menyatakan bahwa dialek Padang Area di Kota Padang cenderung bergeser menuju ke BM standar.

Penelitian yang sedang dilaporkan ini menitikberatkan perhatian pada keluarga muda yang bertempat tinggal di Kota Padang. Batasan keluarga muda

dalam penelitian ini adalah keluarga yang mempunyai anak

2