Halaman:Eksistensi Bahasa Minangkabau Dalam Keluarga Muda Minang Di Kota Padang.pdf/32

Halaman ini belum diuji baca

Salah satu aspek yang menarik dari kajian tersebut adalah ketidakberdayaan imigran, yaitu suku/ras yang minoritas untuk mempertahankan bahasa pertama (B1) dalam persaingan komunikasi dengan suku mayoritas/ dominan, yaitu bahasa Inggris. Menurut Fishman, hal itu berawal dari kontak penutur bahasa minoritas dengan penutur bahasa mayoritas yang menggunakan bahasa mayoritas. Lama-kelamaan bahasa mayoritas ini menjadi bahasa kedua para imigran. Dengan demikian, mereka mengenal dua bahasa dan menjadi dwibahasawan.

Kajian senada juga banyak dilakukan dalam berbagai penelitian di tempat dan konteks yang berbeda pula, misalnya, yang dilakukan Gal (1979) di Austria dan Dorian (1981) di Inggris. Keduanya tidak membicarakan bahasa imigran, tetapi mengkaji bahasa pertama (B1) yang cenderung bergeser dan digantikan oleh bahasa baru (B2) dalam wilayah mereka.

Hal lain yang lebih menarik dan banyak menjadi pembicaraan adalah faktor yang mempengaruhi sebuah bahasa yang mengalami pergeseran atau tetap dapat bertahan. Sumarsono (1993:2) menyebutkan bahwa hal itu sebagai respons terhadap apa yang pernah dilakukan Fishman (1966), yaitu adanya proses psikologis, sosial, kultural serta selama terjadinya proses kestabilan dan perubahan penggunaan bahasa. Selain itu, juga disebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi tidak dapat disangkal sebagai salah satu penyebab terjadinya pergeseran dan pemunahan bahasa.

Hal lain yang juga dapat dianggap sebagai penyebab terjadinya pergeseran dan pemunahan sebuah bahasa adalah

karena tidak adanya konsentrasi permukiman masyarakat

14